Ramadhan yang dinanti telah tiba. Bulan
suci yang di dalamnya Allah menjanjikan rahmat dan ampunan yang
seluas-luasnya. Pada bulan suci Ramadhan semua kebaikan akan
dilipatgandakan pahalanya, sehingga umat muslim berlomba-lomba berbuat
kebajikan, antara lain dengan memperbanyak sedekah, membaca ayat suci
Al-Quran, menunaikan shalat malam dan berbagai amalan lainnya.
Banyak cara orang-orang memaknai
Ramadhan. Sebagian besar memaknainya dengan bulan yang penuh berkah dan
ampunan, sebagian memahaminya sebagai bulan suci yang harus dijaga
kesuciannya dengan menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, sebagian
mengartikannya sebagai bulan turunnya Al-Quran yang di dalamnya terdapat
malam lailatul qadar, sehinga memperbanyak membaca Al-Quran dan berjaga
di malam hari.
Para remaja menyambutnya dengan sukacita
karena asyiknya tarawih dan pulang bareng, sementara siswa bergembira
karena sekolah diliburkan.
Bulan Ramadhan dimaknai juga sebagai
bulan latihan dan ada juga yang memaknainya sebagai bulan ujian.
Benarkah Ramadhan bulan latihan? Ataukah Ramadhan adalah bulan ujian?
Banyak ustadz mengatakan bahwa Ramadhan
adalah bulan latihan. Kalau benar begitu lantas kapan ujiannya? Apakah
11 bulan lainnya bisa dianggap sebagai ujian? Memangnya ada latihan
hanya sebulan, ujiannya hampir setahun?
Saya harus menganalogikan “latihan” dan “pertempuran/pertandingan” seperti seorang tentara atau olahragawan.
Bagi seorang tentara atau olahragawan,
mana yang paling panjang waktunya apakah latihan atau
pertempuran/pertandingan? Umumnya lebih lama latihan. Latihan bisa
berbulan-bulan tetapi pertandingan atau turnamen berlangsung hanya
sebulan. Analogi bulan Ramadhan: Ramadhan hanya 1 bulan, sisanya ada 11
bulan. Mana yang mempunyai risiko lebih besar, apakah melakukan
kesalahan pada masa latihan atau pada masa pertempuran/pertandingan.
Pasti risiko lebih besar pada masa pertempuran/pertandingan. Seorang
tentara yang melakukan kesalahan pada saat latihan, paling keras
risikonya dimarahi oleh komandan.
Tapi di medan pertempuran, risikonya
nyawa melayang. Seorang kiper yang kebobolan gawangnya pada masa
latihan, risikonya diminta latihan lebih baik oleh pelatihnya. Tapi di
pertandingan sesungguhnya, risikonya adalah kekalahan tim. Analogi bulan
Ramadhan: batal puasa di bulan Ramadhan, ada risiko (qada, fidiyah,
atau puasa 2 bulan/memberi makan orang miskin). Batal puasa sunnah di
bulan lain, tidak ada risikonya. Keberhasilan pada saat latihan hanya
sedikit mendapat penghargaan (maksimal berupa pujian).
Keberhasilan pada saat
pertempuran/pertandingan bisa mendapat penghargaan yang berlimpah:
hadiah uang, kenaikan pangkat, bisa juga disebut sebagai pahlawan.
Analogi bulan Ramadhan: pahala ibadah
sunnah pada Ramadhan setara dengan pahala ibadah wajib di bulan lain.
Pahala ibadah wajib di bulan Ramadhan nilainya 70 kali pahala ibadah
wajib di bulan lain.
Maka sudah jelaslah bahwa Ramadhan
bukanlah bulan latihan melainkan bulan ujian. Jika kita menganggap bulan
Ramadhan adalah bulan latihan maka tidak akan ada kesungguhan
didalamnya. Kita hanya akan menggapnya sekedar uji coba dari ujian
sesungguhnya. Tidak akan ada hikmah dan pelajaran yang kita dapat selain
keletihan semata.
Ramadhan adalah bulan ujian. Ujian yang
nantinya dijanjikan hadiah oleh Allah berupa ampunan, kemuliaan, surga,
dan pembebasan dari api neraka bagi hamba-hamba-Nya yang menjalankannya
dengan baik. Maka jadilah pemenang. Isilah Ramadhan dengan amalan-amalan
sebanyak mungkin karena tidak ada jaminan kita akan bertemu Ramadhan
selanjutnya.