Ramadhan, Latihan atau Ujian ?

Ramadhan yang dinanti telah tiba. Bulan suci yang di dalamnya Allah menjanjikan rahmat dan ampunan yang seluas-luasnya. Pada bulan suci Ramadhan semua kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya, sehingga umat muslim berlomba-lomba berbuat kebajikan, antara lain dengan memperbanyak sedekah, membaca ayat suci Al-Quran, menunaikan shalat malam dan berbagai amalan lainnya.


Banyak cara orang-orang memaknai Ramadhan. Sebagian besar memaknainya dengan bulan yang penuh berkah dan ampunan, sebagian memahaminya sebagai bulan suci yang harus dijaga kesuciannya dengan menghindarkan diri dari perbuatan maksiat, sebagian mengartikannya sebagai bulan turunnya Al-Quran yang di dalamnya terdapat malam lailatul qadar, sehinga memperbanyak membaca Al-Quran dan berjaga di malam hari.
Para remaja menyambutnya dengan sukacita karena asyiknya tarawih dan pulang bareng, sementara siswa bergembira karena sekolah diliburkan.
Bulan Ramadhan dimaknai juga sebagai bulan latihan dan ada juga yang memaknainya sebagai bulan ujian. Benarkah Ramadhan bulan latihan? Ataukah Ramadhan adalah bulan ujian?
Ilustasi
Ilustasi
Banyak ustadz mengatakan bahwa Ramadhan adalah bulan latihan. Kalau benar begitu lantas kapan ujiannya? Apakah 11 bulan lainnya bisa dianggap sebagai ujian? Memangnya ada latihan hanya sebulan, ujiannya hampir setahun?
Saya harus menganalogikan “latihan” dan “pertempuran/pertandingan” seperti seorang tentara atau olahragawan.
Bagi seorang tentara atau olahragawan, mana yang paling panjang waktunya apakah latihan atau pertempuran/pertandingan? Umumnya lebih lama latihan. Latihan bisa berbulan-bulan tetapi pertandingan atau turnamen berlangsung hanya sebulan. Analogi bulan Ramadhan: Ramadhan hanya 1 bulan, sisanya ada 11 bulan.  Mana yang mempunyai risiko lebih besar, apakah melakukan kesalahan pada masa latihan atau pada masa pertempuran/pertandingan. Pasti risiko lebih besar pada masa pertempuran/pertandingan. Seorang tentara yang melakukan kesalahan pada saat latihan, paling keras risikonya dimarahi oleh komandan.
Tapi di medan pertempuran, risikonya nyawa melayang. Seorang kiper yang kebobolan gawangnya pada masa latihan, risikonya diminta latihan lebih baik oleh pelatihnya. Tapi di pertandingan sesungguhnya, risikonya adalah kekalahan tim. Analogi bulan Ramadhan: batal puasa di bulan Ramadhan, ada risiko (qada, fidiyah, atau puasa 2 bulan/memberi makan orang miskin). Batal puasa sunnah di bulan lain, tidak ada risikonya. Keberhasilan pada saat latihan hanya sedikit mendapat penghargaan (maksimal berupa pujian).
Keberhasilan pada saat pertempuran/pertandingan bisa mendapat penghargaan yang berlimpah: hadiah uang, kenaikan pangkat, bisa juga disebut sebagai pahlawan.
Analogi bulan Ramadhan: pahala ibadah sunnah pada Ramadhan setara dengan pahala ibadah wajib di bulan lain. Pahala ibadah wajib di bulan Ramadhan nilainya 70 kali pahala ibadah wajib di bulan lain.
Maka sudah jelaslah bahwa Ramadhan bukanlah bulan latihan melainkan bulan ujian. Jika kita menganggap bulan Ramadhan adalah bulan latihan maka tidak akan ada kesungguhan didalamnya. Kita hanya akan menggapnya sekedar uji coba dari ujian sesungguhnya. Tidak akan ada hikmah dan pelajaran yang kita dapat selain keletihan semata.
Ramadhan adalah bulan ujian. Ujian yang nantinya dijanjikan hadiah oleh Allah berupa ampunan, kemuliaan, surga, dan pembebasan dari api neraka bagi hamba-hamba-Nya yang menjalankannya dengan baik. Maka jadilah pemenang. Isilah Ramadhan dengan amalan-amalan sebanyak mungkin karena tidak ada jaminan kita akan bertemu Ramadhan selanjutnya.